Pelatihan Penelitian :
Pengetahuan metode
penelitian dapat menunjang minat mahasiswa dalam meneliti, namun ketika tak
diimbangi dengan pemahaman permasalahan tentunya budaya meneliti yang
diinginkan tak akan terwujud
Upaya mengembangkan
keaktifan mahasiswa untuk melakukan penelitian hingga kini masih menjadi
fokus Universitas Atma Jaya Jogyakarta (UAJY). Hal ini dilakukan melihat
jumlah penelitian yang masih kurang di UAJY Upaya tersebut tampak lewat
pengadaan acara pelatihan penelitian tanggal 5 Februari 2004 lalu. Acara
yang dirintis Lembaga Pengembangan Universitas (LPU) sejak lima tahun lalu
ini selain bertujuan mengembangkan minat penelitian, juga berusaha
meningkatkan minat mahasiswa mengikuti lomba karya ilmiah. Minat penelitian
yang berkembang diharapkan juga meningkatkan perhatian mahasiswa tentang
masalah yang ada di masyarakat.
Acara yang berlangsung
pukul 8.00 hingga 15.30 di Ruang Audiovisual Kampus II UAJY ini tak hanya
bertujuan untuk memberikan teori tentang metode penelitian, tetapi juga
ditindaklanjuti dengan membuat proposal penelitian Setelah pelatihan,
mahasiswa diberi jangka waktu tertentu untuk membuat proposal. Selama
pembuatan proposal, mahasiswa didampingi oleh dosen-dosen yang ditunjuk pada
tiap fakultas. Proposal yang masuk kemudian diseleksi, bagi proposal yang
disetujui akan diberikan dana oleh universitas sebesar Rp 750.000,00 untuk
melakukan penelitian.
Sayangnya, acara yang
berlangsung mulai pukul 8.00 hingga 15.30 di Ruang Audiovisual Kampus II
UAJY ini tak banyak diminati mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
turunnya jumlah peserta pelatihan tahun ini. “Pada pelatihan sebelumnya,
pesertanya bisa mencapai 100 orang. Itupun dibatasi karena tempatnya tidak
mencukupi, tapi tahun ini jumlah pesertanya hanya 86 orang” ujar Dwiyoko
selaku sekertaris LPU. Semakin memprihatinkan ketika pesertanya pun hanya
didominasi oleh fakultas fakultas tertentu. Dari keseluruhan peserta, hampir
separuhnya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi, sisanya berasal dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum dan Teknik.
Minimnya peserta inilah,
menurut L.Endah M.Si., ketua panitia pelatihan tahun ini, yang juga
menyebabkan diundurnya pelaksanaan pelatihan yang rencana awalnya akan
dilaksanakan bulan Oktober 2003. Selain itu, rencana mengadakan pelatihan
dua kali setahun pun tak dilakukan karena tak banyak peminat. “Memang pernah
ada usul dari Pembantu Rektor untuk mengadakan pelatihan dua kali setahun,
namun karena kurangnya peserta maka rencana tersebut tidak jadi,” tutur
Dwiyoko.
Namun meski jumlah
pesertanya menurun, tahun ini lebih menggembirakan. Surya Adi Pramana
M.Si., dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga menjadi
pembicara pada pelatihan ini menilai antusias peserta justru lebih besar.
Endah mengungkapkan bahwa antusias itu dapat dilihat dari kritik yang
dilontarkan mahasiswa. “Mereka merasa bahwa materi yang disajikan kurang
menyentuh permasalahan pada jurusan mereka masing-masing. Contohnya seperti
kurang lengkapnya materi yang berkaitan dengan mahasiswa ekonomi, atau tidak
adanya pembicara dari fakultas Biologi. Hal itu menimbulkan kekecewaan”
ungkap Endah.
Pemberian materi untuk
menunjang pengetahuan tentang cara-cara melakukan penelitian memang menjadi
penting. Namun, materi materi tersebut tentunya tak banyak berguna jika tak
diterapkan. Oleh karena itu, tindak lanjut dari pelatihan ini menjadi
penting. “Yang perlu ditingkatkan adalah follow up untuk mendorong mahasiswa
agar tertarik untuk meneliti,” ujar Surya.
Masalah follow up inilah
yang selama ini kurang. Dari sekian banyak mahasiswa yang ikut pelatihan,
tak banyak yang mengirimkan proposal. Untuk tahun lalu misalnya, dari 100
peserta yang ikut hanya 10 orang yang mengirimkan. Selain itu, dari proposal
yang masuk, tidak semua proposal memenuhi syarat.
Untuk
membangkitkan budaya meneliti, tentunya tak bisa hanya dengan
pelatihan-pelatihan teknis.
Budaya meneliti tak akan bangkit hanya dengan sehari pelatihan. Oleh
karena itu, menilik dari tujuan ke depan pelatihan yang berusaha
meningkatkan perhatian terhadap permasalahan masyarakat, maka pemahaman
mahasiswa tentang masalah yang ada di masyarakat pun perlu ditingkatkan.
Proposal penelitian yang tak memenuhi syarat bisa jadi merupakan cerminan
dari mahasiswa yang tak memahami permasalahan. Persoalannya, sejauh mana
universitas kini memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengenal realitas?
Pengetahuan metode penelitian tanpa penguasaan masalah tentunya tak berarti
apa apa.(Finsensius Yuli Purnama)
|