- :; PerniK ;: -

PERNIK

 

Lidah Buaya, si Cantik yang Kaya Guna


Memanfaatkan lidah buaya untuk bergaya hidup sehat.


- :: pasti.itgo.com ::-

Lidah Buaya: Menyimpan banyak manfaat dibalik ‘wajahnya’ yang seram.

Memakai lidah buaya untuk membuat shampo dan kosmetik? Itu sudah biasa.  Namun, bagaimana jika lidah buaya digunakan untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit? Lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat-obatan. Hal ini dikarenakan dalam tubuh si Aloe vera ini terkandung nutrisi yang disebut polisakarida. Zat satu ini memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan enzim pemecah protein (protase) dan asam amino esensial. Ketika bekerja dengan enzim protase, polisakarida dalam lidah buaya dapat membantu memecahkan jaringan kulit yang sakit akibat kerusakan. Misalnya saja kulit yang terluka karena gesekan benda tajam. Sementara, saat bekerja sama dengan asam amino (NH3), polisakarida berperan dalam penggantian sel - sel yang telah rusak. Dalam hal ini lidah buaya dikategorikan sebagai zat antibiotik dan peredam rasa sakit. Selain mengandung polisakarida, gel lidah buaya juga mengandung zat-zat lain yang berguna bagi tubuh. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, dalam lendir Aloe vera ini ditemukan mineral-mineral seperti kalsium,potasium, sodium, choline, magnesium, zinc, copper, dan chromium. Bukan hanya itu saja, beberapa vitamin pun juga dimiliki oleh lendir Aloe vera 

ini mulai dari vitamin B1, B2, Niacinamide, B6, dan C. Bahkan menurut badan penelitian di Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang bioterapi molekuler, In Vitro, dalam gel lidah buaya juga ditemukan mannose. Mannose yang ditemukan tahun 1991 ini berguna untuk menghambat pertumbuhan virus HIV antara 1 hingga 30% serta meningkatkan  peluang hidup (viabilitas) sel yang sudah terinfeksi. Semakin melengkapi kecantikannya ketika lidah buaya ini bukan hanya bisa dipakai sebagai bahan pembuatan obat atau kosmetik saja. Si cantik yang berasal dari dataran Afrika ini pun juga dapat diolah menjadi sirup. Lalu, bagaimana cara membuatnya? Pertama, siapkan daun lidah buaya dan larutan gula. Daun yang masih berbentuk seperti tombak itu kemudian dipotong– potong. Untuk memudahkan pengupasan, ukuran pemotongannya sebaiknya sekitar 3 cm x 3 cm.  Pengukuran semacam ini akan memudahkan pembersihan dan pengupasan gel sehingga benar-benar terpisah dari kulit luarnya.

Selanjutnya, karena tumbuhan ini biasa hidup di alam terbuka, sebaiknya direndam dulu dengan air garam supaya bagian lendir yang dihasilkan lebih steril. Setelah itu, cuci gel tersebut dengan air hingga bersih. Langkah selanjutnya adalah blansing atau pengukusan. Waktu blansing, dianjurkan jangan terlalu lama, cukup lima menit. Setelah itu, keluarkan gel tadi kemudian aduk hingga tercerai berai. Pengadukan dapat juga dilakukan dengan blender. Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengahancurkan serat-serat yang ada. Kemudian, gel hasil blenderan tadi disaring supaya larutan dari ampas yang berupa serat-serat tipis dan kecil itu dapat terseleksi. Namanya juga sirup, agar semakin nikmat dapat diberikan rasa manis. Untuk membuat larutan ini dapat dilakukan dengan cara merebus gula pasir yang dicampur air secukupnya. Setelah itu, campurkan larutan gula yang telah direbus tersebut dengan gel lidah buaya yang telah dipisah dari ampasnya. Dalam proses pencampuran ini, dipakai perbandingan sendiri. Misalnya saja jika menggunakan larutan gel sebanyak 100 cc, maka larutan gula sebaiknya hanya sebanyak 75 cc. Setelah itu, campuran tadi kemudian diletakkan di atas api hingga mendidih. Jika sudah, dinginkan dan sirup lidah buaya sudah dapat dinikmati.

Namun, ada sedikit kekurangan dari sirup lidah buaya ini. Gel lidah buaya yang menjadi bahan pembuatan sirup ini memiliki sifat mudah teroksidasi dan terkontaminasi oleh bakteri ketika terjadi kontak dengan oksigen. Pada kontak ini akan menyebabkan kerusakan bagi zat yang terkandung dalam gel lidah buaya. Kerusakan zat ini disebabkan karena saat terjadinya kontak tersebut terjadi pengaktifan enzim oksidase. Aktifnya enzim oksidase inilah yang kemudian  menyebabkan zat yang ada dalam gel tersebut kehilangan electron-elektronnya. Secara fisik, rusaknya zat tersebut dapat terlihat dari perubahan warna sirup lidah buaya yang menjadi kuning kecoklatan.

Oleh karena itu, untuk memperpanjang jangka waktu pemakaiannya, biasanya dalam pembuatan sirup ini dicampurkan pengawet. Pengawet yang dapat digunakan pun bermacam-macam. Mulai dari yang alami hingga buatan (kimia). Untuk pemakaian pengawet dari bahan kimia, biasanya digunakan asam benzoat. Namun, mengingat minuman ini diperuntukkan untuk tujuan kesehatan, maka sebaiknya pengawetan yang dilakukan juga menggunakan bahan-bahan alami. Untuk pembuatan pengawet alamai ini caranya mudah. Campurkan saja asam jawa dan air ke dalam wadah untuk mendapatkan larutan dengan  perbandingan  87 : 1 liter. Setelah itu, rebus campuran asam jawa tersebut hingga mendidih dan endapkan selama 12 jam. Setelah waktu cukup, buang endapan campuran asam tadi. Kemudian pisahkan larutan yang tersisa dengan cara menyaringnya. Air larutan ini kemudian direbus bersama gula pasir  dan gel tadi. Akhirnya, sirup lidah buaya akan dapat bertahan selama beberapa hari.

Keuntungan yang diperoleh jika menggunakan pengawet alami, selain lebih kecil resikonya, juga lebih ekonomis. Memang, dengan cara alami, jumlah asam yang dibutuhkan banyak. Namun, asam bukanlah barang yang sulit ditemui dan mahal. Pemanfaatan lidah buaya sebagai bahan obat-obatan bukan baru mulai baru-baru ini. Tanaman ini sudah diyakini sebagai bahan dasar dalam membuat obat -obatan sejak tahun 1750 SM. Namun, tanaman ini baru masuk ke Indonesia sekitar abad ke – 17 ketika dibawa petani dari Cina. Mulanya, masyarakat  Indonesia menempatkan tanaman ini hanya sebagai tanaman hias, khususnya untuk mempercantik halaman rumah. Baru pada sekitar tahun 1990, tanaman dari suku Liliaceae ini dibudidayakan sebagai komoditi baru pertanian, terutama di daerah Kalimantan Barat.

    Keunggulan lain dari lidah buaya ini terletak pada daya tahan tubuhnya terhadap kekeringan. Tumbuhan yang terbagi dalam 240 marga ini menghindari terjadinya kekeringan, terutama pada saat musim kemarau dengan cara menutup stomatanya (mulut daun). Penutupan stomata itu bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan yang dapat menyebabkan hilangnya air. Sebaliknya, pada malam hari mulut stomata itu akan dibuka agar uap air dapat masuk dan disimpan. Kemampuan inilah yang membuat si Aloe vera juga digolongkan sebagai tumbuhan yang tahan terhadap kekeringan atau Crassulane Acid Metabolism (CAM). (Swanro P. Nainggolan)

Home Next Page Profile Saran dan Kritik Isi Buku Tamu